Terjerat Hutang Pria Di Tambora Nekat Jambret Kalung Emas Lansia

Dutainfo.com-Jakarta: Seorang pemuda berinisial YL (36) nekat merampas kalung emas milik seorang wanita lanjut usia (lansia) berinisial KH (50) di Jalan Sawah Lio II, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat.

Motif pelaku diduga karena terlilit utang, baik dari pinjaman online (pinjol) maupun utang kepada warga sekitar.

Kapolsek Tambora Polres Metro Jakarta Barat Kompol Muhammad Kukuh Islami didampingi Kanit Reskrim Iptu Sudrajat Djumantara dalam jumpa pers mengungkapkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada Sabtu (22/2/2025) sekitar pukul 11.00 WIB.

“Motif pelaku adalah ekonomi karena terlilit utang,” ujar Kukuh dalam konferensi pers di Mapolsek, Kamis (27/2/2025).

Kukuh menjelaskan, peristiwa bermula ketika korban pulang dari pasar dengan membawa barang belanjaan.

Saat melewati jalanan yang sepi, pelaku YL tiba-tiba mendekatinya sambil memainkan ponsel.

Tak lama kemudian, pelaku berkata “Sepi amat ya” dengan nada keras, yang membuat korban terkejut.

Tiba-tiba, pelaku menarik paksa kalung emas yang dipakai korban menggunakan tangan kirinya hingga kalung terlepas.

Setelah berhasil merampas kalung tersebut, pelaku langsung melarikan diri. Namun, korban yang sadar telah dijambret langsung berteriak “Jambret! Jambret!”, sehingga warga sekitar turut mengejar pelaku.

Warga akhirnya berhasil menangkap YL di Pos RW 8 Jembatan Lima.

Pelaku kemudian diamankan oleh pihak keamanan setempat sebelum akhirnya diserahkan ke Polsek Tambora.

Atas perbuatannya, pelaku YL dijerat dengan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan, dengan ancaman hukuman sembilan tahun penjara.

Selain itu, Kapolsek Kukuh Islami juga mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menggunakan perhiasan mencolok yang dapat menarik perhatian pelaku kejahatan.

“Jangan memakai perhiasan berlebihan yang bisa menarik perhatian pelaku kriminal. Selalu waspada agar kita tidak menjadi korban kejahatan,” pungkasnya. (Tim)

Pengawasan Melekat, Kajari Jakbar Hendri Antoro Harus Ikut Tanggungjawab Terkait Jaksa AZ Tilep Barbuk

dutainfo.com-Jakarta: Pihak Kejaksaan Tinggi DKJ, belakangan ini sedang gencar-gencar nya mengungkap perkara dugaan korupsi, salah satunya patut diacungkan jempol dengan berhasil mengungkap Kepala Dinas Kebudayaan Pemprov DKJ, terkait dugaan korupsi berinisial IHW dan MFM selaku Plt Kabid Pemanfaatan Dinas Kebudayaan DKJ, namun salah satu jaksa mantan Kasubsi Pratut pada Kejari Jakbar, berulah dan berhasil di sapu bersih alias ditangkap oleh tim penyidik pada Kejati DKJ terkait kasus dugaan menilap uang barang bukti atau penerimaan suap Rp 11,5 miliar, saat eksekusi pengembalian barang bukti kasus investasi bodong Robot Trading Fahranheit.

Kepala Kejaksaan Tinggi DKJ Patris Yusrian Jaya dalam konferensi pers pada Kamis (27/2/2025) malam, mengatakan pihaknya menangkap seorang jaksa AZ mantan jaksa pada Kejari Jakarta Barat, terkait penerimaan suap atau gratifikasi sebanyak Rp 11,5 miliar.

“Penerimaan suap itu terjadi saat eksekusi pengembalian barang bukti kasus investasi bodong Robot Trading Fahrenheit sebesar Rp 61,4 miliar kepada 1.500 nasabah,” ujar Patris Yusrian, kepada awak media, Kamis (27/2/202/) malam.

Masih kata Patris Yusrian Jaya yang juga mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, atas bujuk rayu kuasa hukum korban yakni BG dan OS sebagian diantaranya senilai Rp 11,5 miliar diberikan kepasa jaksa AZ.

Adapun nominal uang tersebut diterima secara bertahap dengan kesepakatan saling bagi kepada penasihat hukum, sambung Patris.

“Adapun manipulasi pengembalian barang bukti itu, pertama sebesar Rp 17 miliar dibagi dua dengan OS, masing-masing Rp 8,5 miliar,” ungkapnya.

Selanjutnya masih kata Patris, pengembalian barang bukti selanjutnya dilakukan bersama BG dari RP 38 miliar dimanipulasi sebesar Rp 6 miliar kemudian dibagi rata dengan jaksa AZ.

“Uang yang menjadi bagian Jaksa AZ ini ditransfer ke rekening salah satu honorer pada Kejari Jakbar,” papar Patris.

Kajati DKJ Patris Yusrian, juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah memblokir dan menyita uang yang ada di rekening senilai Rp 3,7 miliar, uang cash Rp 1,7 miliar, dalam bentuk polis asuransi 2 miliar, dan aset rumah yang dibeli oleh tersangka AZ tanah serta uang tunai yang ada pada istri tersangka.

“Jadi tersangka AZ ini menggunakan rekening istrinya untuk sekedar menaruh uang itu, dan tidak ada uang yang dialirkan AZ ke istrinya sebagai tindak pidana pencucian uang (TPPU),” jelas Patris.

Dalam kasus ini penyidik Kejati DKJ juga telah memeriksa beberapa pihak pada 24 Februari 2025, Diketahui juga Jaksa AZ ini sebelumnya menjabat Kasubsie Pra Penuntutan pada Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, dan belum lama ini mendapat promosi jabatan sebagai Kasi Intelijen pada Kejaksaan Negeri Landak Kalimantan Barat.

Sementara Tokoh Masyarakat Jelambar Baru, Jakarta Barat, Hendrik A yang juga Pimpinan Redaksi Investigasi dutainfo.com, sangat menyayangkan apa yang dilakukan Jaksa AZ, ini sangat mencoreng citra Kejaksaan yang saat ini tengah gencar-gencar nya memberantas tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara hingga triliunan.

“Jelas Jaksa AZ ini mencoreng nama institusi Kejaksaan yang saat ini tengah, mendapatkan kepercayaan tinggi dari publik,” jelas Hendrik.

Masih kata Hendrik, seharusnya dalam kasus dugaan penerima suap atau menilap uang barang bukti yang dilakukan Jaksa AZ terkait investasi bodong Robot Trading Fahranheit, sebesar Rp 11,5 miliar seperti apa yang diungkapkan Kepala Kejaksaan Tinggi DKJ Patris Yusrian Jaya pada Kamis (27/2/2025), Seharusnya penyidik Kejati DKJ, jeli melihat kasus ini, dengan juga meminta pertanggungjawaban Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat Hendri Antroro, dan atasan jaksa AZ.

Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat Hendri Antoro juga harus bertanggungjawab, karena secara struktur Kepala Kejaksaan Negeri adalah sebagai pengawasan melekat (waskat).

“Tidak mugkin atau mustahilah pimpinan Kejari Jakbar saat ini tidak mengetahui detail kasus tersebut, dan saya yakin Jaksa AZ ini tidak bermain sendiri?,” kata Hendrik.

Ini kan jelas pimpinan Kejari Jakbar dan jaksa AZ tidak mendukung program Pemerintah yakni Asta Cita dari Presiden Prabowo, dan kita minta Jaksa Agung RI ST Burhanuddin, dapat kembali memeriksa Kajari Jakbar Hendri Antoro serta atasan terkait dari jaksa AZ.

“Kejadian ini jangan dianggap sepele hanya ditingkat Kejaksaan Negeri saja, jadi kita minta kasus ini diungkap secara transparan, hukum seberat-beratnya siapa saja yang terlibat,” harapnya.

Dalam kasus tersebut diatas penyidik Kejati DKJ, telah menetapkan dua orang tersangka yakni Jaksa AZ dan BG selaku kuasa hukum korban investasi bodong Robot Trading Fahranheit.
(El)

Jaksa Agung Harus Periksa Kajari Jakbar Terkait Jaksa AZ Tilep Uang Barbuk 11,5 M

dutainfo.com-Jakarta: Pihak Kejaksaan Tinggi DKJ, belakangan ini sedang gencar-gencar nya mengungkap perkara dugaan korupsi, salah satunya patut diacungkan jempol dengan berhasil mengungkap Kepala Dinas Kebudayaan Pemprov DKJ, terkait dugaan korupsi berinisial IHW dan MFM selaku Plt Kabid Pemanfaatan Dinas Kebudayaan DKJ, namun salah satu jaksa mantan Kasubsi Pratut pada Kejari Jakbar, berulah dan berhasil di sapu bersih alias ditangkap oleh tim penyidik pada Kejati DKJ terkait kasus dugaan menilap uang barang bukti atau penerimaan suap Rp 11,5 miliar, saat eksekusi pengembalian barang bukti kasus investasi bodong Robot Trading Fahranheit.

Kepala Kejaksaan Tinggi DKJ Patris Yusrian Jaya dalam konferensi pers padq Kamis (27/2/2025) malam, mengatakan pihaknya menangkap seorang jaksa AZ mantan jaksa pada Kejari Jakarta Barat, terkait penerimaan suap atau gratifikasi sebanyak Rp 11,5 miliar.

Kepala Kejaksaan Tinggi DKJ Patris Yusrian Jaya dalam konferensi pers padq Kamis (27/2/2025) malam, mengatakan pihaknya menangkap seorang jaksa AZ mantan jaksa pada Kejari Jakarta Barat, terkait penerimaan suap atau gratifikasi sebanyak Rp 11,5 miliar.

“Penerimaan suap itu terjadi saat eksekusi pengembalian barang bukti kasus investasi bodong Robot Trading Fahrenheit sebesar Rp 61,4 miliar kepada 1.500 nasabah,” ujar Patris Yusrian, kepada awak media, Kamis (27/2/202/) malam.

Masih kata Patris Yusrian Jaya yang juga mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, atas bujuk rayu kuasa hukum korban yakni BG dan OS sebagian diantaranya senilai Rp 11,5 miliar diberikan kepasa jaksa AZ.

Adapun nominal uang tersebut diterima secara bertahap dengan kesepakatan saling bagi kepada penasihat hukum, sambung Patris.

“Adapun manipulasi pengembalian barang bukti itu, pertama sebesar Rp 17 miliar dibagi dua dengan OS, masing-masing Rp 8,5 miliar,” ungkapnya.

Selanjutnya masih kata Patris, pengembalian barang bukti selanjutnya dilakukan bersama BG dari RP 38 miliar dimanipulasi sebesar Rp 6 miliar kemudian dibagi rata dengan jaksa AZ.

“Uang yang menjadi bagian Jaksa AZ ini ditransfer ke rekening salah satu honorer pada Kejari Jakbar,” papar Patris.

Kajati DKJ Patris Yusrian, juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah memblokir dan menyita uang yang ada di rekening senilai Rp 3,7 miliar, uang cash Rp 1,7 miliar, dalam bentuk polis asuransi 2 miliar, dan aset rumah yang dibeli oleh tersangka AZ tanah serta uang tunai yang ada pada istri tersangka.

“Jadi tersangka AZ ini menggunakan rekening istrinya untuk sekedar menaruh uang itu, dan tidak ada uang yang dialirkan AZ ke istrinya sebagai tindak pidana pencucian uang (TPPU),” jelas Patris.

Dalam kasus ini penyidik Kejati DKJ juga telah memeriksa beberapa pihak pada 24 Februari 2025, Diketahui juga Jaksa AZ ini sebelumnya menjabat Kasubsie Pra Penuntutan pada Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, dan belum lama ini mendapat promosi jabatan sebagai Kasi Intelijen pada Kejaksaan Negeri Landak Kalimantan Barat.

Sementara Tokoh Masyarakat Jelambar Baru, Jakarta Barat, Hendrik A yang juga Pimpinan Redaksi Investigasi dutainfo.com, sangat menyayangkan apa yang dilakukan Jaksa AZ, ini sangat mencoreng citra Kejaksaan yang saat ini tengah gencar-gencar nya memberantas tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara hingga triliunan.

“Jelas Jaksa AZ ini mencoreng nama institusi Kejaksaan yang saat ini tengah, mendapatkan kepercayaan tinggi dari publik,” jelas Hendrik.

Masih kata Hendrik, seharusnya dalam kasus dugaan penerima suap atau menilap uang barang bukti yang dilakukan Jaksa AZ terkait investasi bodong Robot Trading Fahranheit, sebesar Rp 11,5 miliar seperti apa yang diungkapkan Kepala Kejaksaan Tinggi DKJ Patris Yusrian Jaya pada Kamis (27/2/2025), Seharusnya penyidik Kejati DKJ, jeli melihat kasus ini, dengan juga meminta pertanggungjawaban Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat Hendri Antroro, dan atasan jaksa AZ.

Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat Hendri Antoro juga harus bertanggungjawab, karena secara struktur Kepala Kejaksaan Negeri adalah sebagai pengawasan melekat (waskat).

“Tidak mugkin atau mustahilah pimpinan Kejari Jakbar saat ini tidak mengetahui detail kasus tersebut, dan saya yakin Jaksa AZ ini tidak bermain sendiri?,” kata Hendrik.

Ini kan jelas pimpinan Kejari Jakbar dan jaksa AZ tidak mendukung program Pemerintah yakni Asta Cita dari Presiden Prabowo, dan kita minta Jaksa Agung RI ST Burhanuddin, dapat kembali memeriksa Kajari Jakbar Hendri Antoro serta atasan terkait dari jaksa AZ.

“Kejadian ini jangan dianggap sepele hanya ditingkat Kejaksaan Negeri saja, jadi kita minta kasus ini diungkap secara transparan, hukum seberat-beratnya siapa saja yang terlibat,” harapnya.

Dalam kasus tersebut diatas penyidik Kejati DKJ, telah menetapkan dua orang tersangka yakni Jaksa AZ dan BG selaku kuasa hukum korban investasi bodong Robot Trading Fahranheit.
(El)

Bersih-Bersih Kejati DKJ Tangkap Mantan Kasubsi Pratut Kejari Jakbar Terkait Tilap Uang Barbuk Rp 11,5 M

dutainfo.com-Jakarta: Pihak Kejaksaan Tinggi DKJ, belakangan ini sedang gencar-gencar nya mengungkap perkara dugaan korupsi, salah satunya patut diacungkan jempol dengan berhasil mengungkap Kepala Dinas Kebudayaan Pemprov DKJ, terkait dugaan korupsi berinisial IHW dan MFM selaku Plt Kabid Pemanfaatan Dinas Kebudayaan DKJ, namun salah satu jaksa mantan Kasubsi Pratut pada Kejari Jakbar, berulah dan berhasil di sapu bersih alias ditangkap oleh tim penyidik pada Kejati DKJ terkait kasus dugaan menilap uang barang bukti atau penerimaan suap Rp 11,5 miliar, saat eksekusi pengembalian barang bukti kasus investasi bodong Robot Trading Fahranheit.

Kepala Kejaksaan Tinggi DKJ Patris Yusrian Jaya dalam konferensi pers padq Kamis (27/2/2025) malam, mengatakan pihaknya menangkap seorang jaksa AZ mantan jaksa pada Kejari Jakarta Barat, terkait penerimaan suap atau gratifikasi sebanyak Rp 11,5 miliar.

“Penerimaan suap itu terjadi saat eksekusi pengembalian barang bukti kasus investasi bodong Robot Trading Fahrenheit sebesar Rp 61,4 miliar kepada 1.500 nasabah,” ujar Patris Yusrian, kepada awak media, Kamis (27/2/202/) malam.

Masih kata Patris Yusrian Jaya yang juga mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, atas bujuk rayu kuasa hukum korban yakni BG dan OS sebagian diantaranya senilai Rp 11,5 miliar diberikan kepasa jaksa AZ.

Adapun nominal uang tersebut diterima secara bertahap dengan kesepakatan saling bagi kepada penasihat hukum, sambung Patris.

“Adapun manipulasi pengembalian barang bukti itu, pertama sebesar Rp 17 miliar dibagi dua dengan OS, masing-masing Rp 8,5 miliar,” ungkapnya.

Selanjutnya masih kata Patris, pengembalian barang bukti selanjutnya dilakukan bersama BG dari RP 38 miliar dimanipulasi sebesar Rp 6 miliar kemudian dibagi rata dengan jaksa AZ.

“Uang yang menjadi bagian Jaksa AZ ini ditransfer ke rekening salah satu honorer pada Kejari Jakbar,” papar Patris.

Kajati DKJ Patris Yusrian, juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah memblokir dan menyita uang yang ada di rekening senilai Rp 3,7 miliar, uang cash Rp 1,7 miliar, dalam bentuk polis asuransi 2 miliar, dan aset rumah yang dibeli oleh tersangka AZ tanah serta uang tunai yang ada pada istri tersangka.

“Jadi tersangka AZ ini menggunakan rekening istrinya untuk sekedar menaruh uang itu, dan tidak ada uang yang dialirkan AZ ke istrinya sebagai tindak pidana pencucian uang (TPPU),” jelas Patris.

Dalam kasus ini penyidik Kejati DKJ juga telah memeriksa beberapa pihak pada 24 Februari 2025.
(Tim)

Jaksa Di Kejari Jakbar Ditangkap Kejati DKJ Diduga Terima Suap Rp 11,5 Miliar

dutainfo.com-Jakarta: Pihak Kejaksaan Tinggi DKJ, telah menangkap jaksa penuntut umum (JPU), pada Kejaksaan Negeri Jakarta Barat berinisial AZ yang terlibat dalam penerimaan suap atau gratifikasi sebanyak Rp 11,5 miliar.

Penerimaan suap itu terjadi saat eksekusi pengembalian barang bukti kasus investasi bodong Robot Trading Fahrenheit sebesar Rp 61,4 miliar kepada 1.500 nasabah.

“Ya benar, atas bujuk rayu kuasa hukum korban yakni BG dan OS, sebagian diantaranya senilai Rp 11,5 miliar diberikan kepada Jaksa AZ,” ujar Kepala Kejaksaan Tinggi DKJ, Patris Yusrian Jaya, kepada awak media, Kamis (27/2/2025) malam.

Masih kata Patris Yusrian yang juga mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat itu, adapun nominal uang tersebut diterima secara bertahap dengan kesepakatan saling bagi kepada penasihat hukum.

“Adapun manipulasi pengembalian barang bukti itu, pertama sebesar Rp 17 miliar dibagi dua dengan OS, masing-masing Rp 8,5 miliar,” ungkap Patris.

Selanjutnya masih kata Patris, pengembalian barang bukti selanjutnya dilakukan bersama BG dari Rp 38 miliar dimanipulasi sebesar Rp 6 miliar kemudian dibagi rata dengan AZ lagi.

“Uang yang menjadi bagian Jaksa AZ ini ditransfer ke rekening salah satu honorer di Kejaksaan Negeri Jakarta Barat,” papar Patris.

Diketahui sebelumnya jaksa AZ ini menduduki jabatan Kasubsi Pratuntutan pada Kejaksaan Negeri Jakarta Barat, dan belum lama ini mendapat promosi jabatan sebagai Kasi Intellijen pada Kejaksaan Landak, Kalimantan Barat.

Disebutkan AZ, telah menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan pribadi, membeli aset dan uang lainya disimpan di rekening istri nya.

Untuk jaksa AZ dan BG sudah dijadikan tersangka, sedangkan OS masih berstatus saksi dan dihimbau untuk memenuhi panggilan Penyidik Kejaksaan Tinggi DKJ.
(**)