PGK Ajak Milenial Partisipatif Lawan Hoax

dutainfo.com-Jakarta: Kalangan Pemuda khususnya generasi milenial harus mampu mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Generasi muda harus bisa memetakan tantangan ke depan agar perjuangan pasaca-kemerdekaan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tantangan terberat yang harus dihadapi generasi milenial adalah bertebaran informasi bohong alias hoax. Informasi hoax bila dibiarkan bisa memprovokasi dan memecah belah persatuan dan kesatuan. Karena itu sudah semestinya generasi milenial untuk memiliki komitmen memerangi hoax.

Padahal generasi milenial bisa menjadi kelompok yang dapat membantu memerangi hoax yang bertebaran di masyarakat, mau tak mau generasi milenial harus diberikan sosialisasi akan bahaya dari penyebaran berita hoax itu sendiri.

Salah satunya dengan menggelar dialog kebangsaan milineal dengan tema “Peran Strategis Pemuda dan Mahasiswa dalam menyikapi Tahun Politik 2019”.

Ketua Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Bursah Zarnubi mengatakan untuk mengedukasi kaum milenial ini terdapat dua media pertama dengan dialog dan kedua dengan pelatihan lokakarya.

“Pertama harus dikenali dulu literasi digital itu sebagaimana fungsi, dalam mengatur aplikasi serta memberikan konten. Kita terus menerus secara masif ini kedepannya, agar mereka mengerti apa peranan literasi digital dalam membangun wawasan kebangsaan guna memperkokoh persatuan dan menjaga Pancasila,” ujar Bursah Zarnubi, pada awak media, Minggu (2/12/2018).

Agar keterbelahan ini bisa direkatkan kembali bahwa demokrasi itu ada perbedaan apalagi menjelang Pilpres.

Namun semua itu lazim terlebih kita harus menghindari hal-hal yang bersifat membelah.

Sedangkan yang kedua tambah Bursah “Dengan kegiatan seperti ini forum dialog dan harus juga digencarkan kemana-mana kaum milenial harus dilibatkan.Dengan diskusi ini dapat bertukar pikiran memperkuat literasi juga narasi,” pungkasnya.

Melalui dialog ini semua informasi mengenai kebaikan dari fungsi digital, dapat bermanfaat bagipembangunan ekonomi dan politik demokrasi.

Pantauan dutainfo.com hadir pada kegiatan tersebut yakni Adi Prayitno (pengamat politik), Hizar Ahmad Saputra Ketua Umum Himma Persis 2016-2018, Zainudin Arsyad Pemuda Alumni 212, Bursah Zarnubi Ketua Umum PGK dan Puluhan Mahasiswa dari berbagai almamater.

Sementara Adi Prayitno selaku pengamat politik menyampaikan dalam konteks dan konstelasi seperti ini kita harus mempunyai keinginan juga kepedulian seperti sifatnya partisipasi yang konvensional dan non konvensional.

“Kalau yang partisipasi konvensional itu bisa sepeti partai politik dengan menyampaikan visi misi kandidat, meminta dukungan kepada orang untuk salah satu Paslon dan seterusnya,” ujarnya.

Sedangkan non konvensional bisa dimaksimalkan oleh milenial yaitu terlibat dalam persoalan-persoalan politik, keumatan dan kebangsaan. Jadi kalau ada persoalan yang tidak baik kita harus kritis, kalau berita hoax, fitnah dan soal ujaran kebencian harus di lawan baik di suatu grup smartphone ataupun di media sosial.

Ia juga merasa aneh, hoax tidak hanya disukai oleh milenial bahkan Profesor dan Doktor juga suka berita hoax dan kalian takut untuk melawan itu, lawan aja, “Yang tidak boleh dilawan ada tiga hal yaitu Allah sebagai Tuhan, kedua Nabi dan orang tua, selebihnya lawan saja. Tentu dengan cara-cara yang demokratis dan tidak melanggar undang-undang,” tegas Adi.

Jadi kalian masuk dalam partisipasi non konvensional, yaitu aktifitas politik sosial kebangsaan yang tidak hanya berfokus pada Pilpres dan Pileg. (Elw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.